PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia disebut
sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa
mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang
membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil,
maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan
keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya. Budaya adalah
suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Dengan berbudaya, manusia dapat
memenuhi kebutuhan dan menjawab tantangan hidupnya. Manusia berbeda dengan
makhluk lainnya. Manusia menjalani hidup sesuai dengan adab-adab yang
diterapkan di lingkungan sekitar. Oleh karenanya, manusia harus bersosialisasi
dan memenuhi adab-adab yang telah disosialisasikan oleh orang-orang sebelumnya.
Seiring dengan perkembangan pengetahuan dan peradaban, terjadilah evolusi
budaya yang menyebabkan beberapa problematika yang harus kita kaji dan pikirkan
bersama solusinya.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan
pembelajaran agar kita mampu memahami konsep-konsep dasar tentang konsep
manusia sebagai makhluk budaya, serta pemahaman konsep tersebut dijadikan dasar
pengetahuan dalam mempertimbangkan dan menyikapi berbagai problematika budaya
yang berkembang dalam masyarakat.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pengertian
Manusia
Secara bahasa
manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti
berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk
lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta,
sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Dalam hubungannya
dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism).
Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara
ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik
lingkungan vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial),
maupun kesejarahan. Tatkala seoang bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan
kehilangan energi, dan oleh kaena itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu
berkurang dan kehilangan itu tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa
setiap manusia dianugerahi kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of
discrimination) dan keinginan untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan
sesuatu. Alat untuk memenuhi kebutuhan itu bersumber dari lingkungan. Oleh
karena itu lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap manusia itu sendiri
2.2
Pengertian
Budaya
Kata budaya
merupakan bentuk majemuk kata budi-daya yang berarti cipta, karsa, dan rasa.
Sebenarnya kata budaya hanya dipakai sebagai singkatan kata kebudayaan, yang
berasal dari Bahasa Sangsekerta budhayah yaitu bentuk jamak dari budhi yang
berarti budi atau akal. Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa Belanda di
istilahkan dengan kata culturur. Dalam bahasa Inggris culture. Sedangkan dalam
bahasa Latin dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan,
menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Kemudian pengertian ini
berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia
untuk mengolah dan mengubah alam. Budaya mempunyai tiga unsur yang berada dalam
diri manusia dan saling melengkapi satu sama lain dalam satu kesatuan kebudayaan
seutuhnya.
BAB
III
RUMUSAN
MASALAH
Rumusan
masalah dari makalah Ilmu sosial dan budaya tentang manusia sebagai makhluk
budaya antara lain:
1.
Apa hakekat manusia dan budaya?
2.
Bagaimana hubungan manusia dan kebudayaan?
3.
Adakah problematika dalam konteks hidup
manusia sebagai makhluk berbudaya dan beradab?
BAB
IV
PEMBAHASAN
4.1 Manusia Sebagai Pencipta dan Pengguna
Kebudayaan
Tercipta adalah
terwujudnya suatu kebudayaan sebagai hasil interaksi antara manusia dengan
segala isi alam raya ini. Manusia yang telah dilengkapi Tuhan dengan akal dan
pikirannya menjadikan mereka khalifah di muka bumi dan diberikan kemampuan yang
disebutkan oleh Supartono (dalam Rafael Raga Maran, 1999:36) sebagai daya
manusia, manusia memiliki kemampuan daya antara lain akal, intelegensi dan
intuisi perasaan dan emosi kemauan, fantasi dan perilaku.
Dengan
sumber-sumber kemampuan daya manusia tersebut, nyatalah bahwa manusia
menciptakan kebudayaan ada hubungan dialektika antara manusia dan kebudayaan.
Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk
kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena ada manusia penciptanya dan
manusia dapat hidup ditengah kebudayaan yang sebagai pendukungnya. Dialektika
ini didasarkan pada pendapat Peter dan Berger yang menyebutkan sebagai
dialektika fundamental. Dialektika fundamental ini terdiri dari tiga tahap;
tahap eksternalisasi, tahap objektivasi, dan tahap internalisasi.
Tahap
eksternalisasi adalah proses pencurahan diri manusia secara terus menerus ke
dalam dunia melalui aktivitas fisik dan mental. Tahap objektivasi adalah tahap
aktivitas manusia menghasilkan suatu realita objektif, yang berada di luar diri
manusia
Tahap
internalisasi adalah tahap dimana realitas objektif hasil ciptaan manusia
diserap oleh manusia kembali, jadi adanya hubungan berkelanjutan antara
realitas internal dengan realitas eksternal.
Kebudayaan
mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia, bermacam-macam kekuatan yang
harus dihadapi masyarakat dan anggotanya seperti kekuatan alam maupun kekuatan
lain yang tidak selalu baik. Kecuali manusia yang memerlukan kepuasan baik di
bidang spiritual maupun material. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dipengaruhi oleh
kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri.
Hasil karya
manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi
manusia terhadap lingkungan alamnya sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai
berikut:
a. Suatu
hubungan pedoman antara manusia atau kelompoknya
b. Wadah
untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain
c. Sebagai
pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia
d. Pembeda
manusia dengan binatang
e. Sebagai
modal dasar pembangunan
Manusia merupakan
makhluk berbudaya, melalui akalnya manusia dapat mengembangkan kebudayaan.
Begitu pula manusia hidup dan tergantung pada kebudayaan sebagai hasil
ciptaannya.
Kebudayaan
mempunyai fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat, berbagai macam
kekuatan harus dihadapi manusia dan masyarakat seperti kekuatan alam dan kekuatan
lain. Selain itu manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik secara
spritual maupun materil.
4.2 Substansi (isi) Utama Budaya
Substansi (isi) utama kebudayaan merupakan wujud
abstrak dari segala macam ide dan gagasan manusia yang bermunculan di dalam
masyarakat yang memberi jiwa kepada masyarakat itu sendiri, baik dalam bentuk
atau berupa sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi,
dan etos kebudayaan.
1. Sistem
Pengetahuan
Sistem pengetahuan yang dimiliki
manusia sebagai makhluk sosial, merupakan suatu akumulasi dari perjalanan
hidupnya dalam hal berusaha memahami:
a. Alam
sekitar
b. Alam
flora di daerah tempat tinggal
c. Alan
fauna di daerah tempat tinggal
d. Zat-zat
bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya
e. Tubuh
manusia
f. Sifat
dan tingkah laku sesama manusia
g. Ruang
dan waktu
2. Nilai
Menilai berarti menimbang, yaitu
kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain untuk
dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Keputusan nilai dapat
menentukan sesuatu berguna atau tidak berguna, benar atau salah, baik atau
buruk, religius atau sekuler, sehubungan dengan cipta, rasa dan karsa
manusia.Sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila berguna dan berharga (nilai
kebenaran), indah (nilai estetis), baik (nilai moral atau etis), religius
(nilai agama). Prof. Dr. Notonagoro membagi nilai menjadi tiga bagian yaitu:
a. Nilai
material, yaitu segala sesuatu (materi) yang berguna bagi manusia.
b. Nilai
vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan dan aktivitas
c. Nilai
kerohanian, yaitu segala sesuatu yang bisa berguna bagi rohani manusia.
3. Pandangan
Hidup
Pandangan hidup adalah suatu
nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dan dipilih secara selektif oleh
individu, kelompok atau suatu bangsa. Pandangan hidup suatu bangsa adalah
kristalisasi nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri, yang diyakini
kebenarannya, dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya.
4.3 Manusia Sebagai Makhluk Budaya
Dari penjelasan di
atas jelaslah bahwa manusia sebagai makhluk yang paling sempurna bila dibanding
dengan makhluk lainnya menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan
melestarikannya secara turun menurun. Manusia dan kebudayaan merupakan salah
satu ikatan yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Budaya tercipta dari
kegiatan sehari hari dan kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun kebudayaan juga
dapat kita nikmati dengan panca indera kita. Lagu, tari, dan bahasa dan
arsitektur merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang dapat kita rasakan. Untuk
menjadi manusia yang berbudaya, harus memiliki ilmu pengetahuan, tekhnologi,
budaya dan industrialisasi serta akhlak yang tinggi (tata nilai budaya) sebagai
suatu kesinambungan yang saling bersinergi.
Hommes
mengemukakan bahwa, informasi IPTEK yang bersumber dari sesuatu masyarakat lain
tak dapat lepas dari landasan budaya masyarakat yang membentuk informasi
tersebut. Karenanya di tiap informasi IPTEK selalu terkandung isyarat-isyarat
budaya masyarakat asalnya. Selanjutnya dikemukakan juga bahwa, karena
perbedaan-perbedaan tata nilai budaya dari masyarakat pengguna dan masyarakat
asal teknologinya, isyarat-isyarat tersebut dapat diartikan lain oleh
masyarakat penerimanya.
Disinilah peran
manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan dalam segala hal, untuk dapat
memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh Allah SWT melalui alam ini.
Sehingga dengan alam tersebut manusia dapat membentuk suatu kebudayaan yang
bermartabat dan bernilai tinggi. Namun perlu digaris bawahi bahwa setiap
kebudayaan akan bernilai tatkala manusia sebagai masyarakat mampu melaksanakan
norma-norma yang ada sesuai dengan tata aturan agama. JJ. Hoeningman membagi
kebudayaan dalam 3 wujud :
1
Gagasan : Kebudayaan yang berbentuk
kumpulan, ide, gagasan, nilai, norma, peraturan yang sifatnya abstrak.
2
Aktivitas (tindakan) : Wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat., sering disebut sebagai system sosial,
yaitu aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak,
bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu.sifatnya konkret
dapat diamati.
3
Artefak ( karya) : Wujud kebudayaan fisik
yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam
masyarakat berupa benda-benda yang dapat diraba dan dilihat.
4.4 Nilai-nilai Kebudayaan
Nilai-nilai budaya merupakan nilai-
nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi,
lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan
(believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan
satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi
atau sedang terjadi.
1. Etika
Istilah etika
berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu ‘ethos’ yang berarti adat kebiasaan atau
akhlak yang baik. Etika adalah ilmu tentang kebiasaan perilaku yang baik .
Kebudayaan merupakan induk dari berbagai macam pranata yang dimiliki manusia
dalam hidup bermasyarakat. Etika merupakan bagian dari kompleksitas unsur-unsur
kebudayaan. Ukuran etis dan tidak etis merupakan bagian dari unsur-unsur
kebudayaan. Manusia membutuhkan kebudayaan, yang didalamnya terdapat unsur
etika, untuk bisa menjaga kelangsungan hidup. Manusia yang berbudaya adalah
manusia yang menjaga tata aturan hidup.
2. Estetika
Estetika adalah
ilmu yang menelaah dan membahas aspek-aspek keindahan sesuatu, yaitu mengenai
rasa, sifat, norma, cara menanggapi, dan cara membandingkannya dengan
menggunakan penilaian perasaan.
3. Moral
Moral adalah
kebiasaan berbuat baik. Orang dikatakan bermoral apabila dapat mewujudkan
kodratnya untuk berbuat baik, jujur, dan adil dalam tindakannya.
Kebudayaan di
Indonesia sangat beragam karena memiliki banyak perbedaan antar manusia yang
berada di tanah inonesia, namun Indonesia mempunyai semboyan Bhineka Tunggal
Ika yang diartikan walaupun berbeda – beda tetapi tetap satu . pada setiap
daerah memiliki adat istiadat yang berbeda – beda pula, itulah yang membedakan
aturan – aturan di tiap daerah . seperti suku asmat di papua dengan pakaian
khas bagi kaum laki laki yang menggunakan koteka dan bahkan penduduknya ada juga yang tidak memakai busana, tetapi
hal itu tidak di langgar karena sudah menjadi tradisi disana . apabila hal
seperti itu ada di daerah Jakarta sudah dapat dipastikan sudah melanggar aturan hukum yang berlaku . Seperti itulah
mengapa peraturan di setiap daerah di Indonesia cukup beragam . budaya di
Indonesia sangat kuat karena adanya budaya yang turun – temurun dari nenek
moyang hingga sekarang. dan masih banyak acara adat di berbagai daerah untuk
melestarikan budayanya masing – masing daerah.
Karena itu jadilah
manusia yang berbudaya. Dengan menjadi manusia yang berbudaya maka masyarakat
akan memiliki sikap yang berakal budi, bermoral, sopan dan santun dalam
menjalani kehidupan diri sendiri ataupun berbangsa dan bernegara. Sikap Dan
sifat manusia yang berbudaya itu juga yang akan menjadikan bangsa Indonesia
bangsa yang besar yang memiliki jati diri sendiri sebagai bangsa yang beradab
dan bermartabat.
4.5 Problematika Kebudayaan
Kebudayaan mengalami dinamika seiring
dengan dinamika pergaulan hidup manusia sebagai pemilik kebudayaan, dan adanya
budaya dari luar yang teradang kita langsung menerima dan menerapkan pada diri
dan kehidupan kita tanpa berfikir panjang dengan resiko efek ke kebudayan kita
sendiri. Ini lah beberapa contoh problematika kebudayaan:
1. Hambatan
budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan.
Dalam hal ini,
kebudayaan tidak dapat bergerak atau berubah karena adanya pandangan hidup dan
sistem kepercayaan yang sangat kental, karena kuatnya kepercayaan sekelompok
orang dengan kebudayaannya mengakibatkan mereka tertutup pada dunia luar dan
tidak mau menerima pemikiran-pemikiran dari luar walaupun pemikiran yang baru
ini lebih baik daripada pemikiran mereka.
2. Hambatan
budaya yang berkaitan dengan perbedaan presepsi atau sudut pandang.
Hambatan budaya
yang berkaitan dengan perbedaan presepsi dan sudut pandang ini dapat terjadi
antara masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Sebagai contoh dapat kita lihat
banyak masyarakat yang tidak setuju dengan program KB yang dicanangkan
pemerintah yang salah satu tujuannya untuk mengatasi kemiskinan dan kepadatan penduduk,
karena masyarakat beranggapan bahwa banyak anak banyak rezeki.
3. Hambatan
budaya yang berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan.
Upaya untuk
mentransmigrasikan penduduk dari daerah yang terkena bencana alam sering
mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran penduduk
bahwa ditempat yang baru hidup mereka akan lebih sengsara dibandingkan dengan
hidup mereka ditempat yang lama.
4. Masyarakat
yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.
Masyarakat yang
tinggal di daerah-daerah terpencil yang kurang komunikasi dengan masyarakat
luar cendrung memiliki ilmu pengetahuan yang terbatas, mereka seolah-olah
tertutup untuk menerima program-program pembangunan.
5. Sikap
tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.
Sikap ini sangat
mengagung-agungkan budaya tradisional sedemikian rupa sehingga menganggap
hal-hal baru itu akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah mereka miliki
secara turun-temurun.
6. Sikap
etnosentrisme.
Sikap etnosentris
adalah sikap yang mengagungkan budaya suku bangsa sendiri dan menganggap rendah
budaya suku bangsa lain. Sikap seperti ini akan memicu timbulnya
pertentangan-pertentangan suku, ras, agama, dan antar golongan.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Manusia adalah
mahluk berbudaya. Manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah
makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu
yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan
kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia
berbudaya.
Kebudayaan adalah
salah satu istilah teoritis dalam ilmu-ilmu sosial. Secara umum, kebudayaan
diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang secara sosial diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya.
Manusia sebagai
pencipta dan pengguna kebudayaan yaitu manusia yang telah dilengkapi Tuhan
dengan akal dan pikirannya menjadikan
Khalifah di muka bumi dan diberikan kemampuan.
Manusia memiliki
kemampuan daya antara lain akal, intelegensi, intuisi, perasaan, emosi,
kemauan, fantasi, dan perilaku.
Budaya adalah
suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Dan seiring dinamika pergaulan
manusia sebagai makhluk budaya tentunya akan menimbulkan berbagai problema
dalam kehidupan manusia
5.2
Saran
Kita sebagai
mahluk berbudaya semestinya melestarikan budaya yang kita punya, jangan sampai
budaya yang kita punya tidak kita lestarikan dan sampai punah. Karena siapa
lagi jika bukan kita penerus bangsa yang melestarikan?
Kita lestarikan
baik-baik budaya yang telah kita punya agar tidak diakui oleh bangsa lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad,
2006. Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial. Kencana. Jakarta
Mustofa
Ahmad, 1999. Ilmu Budaya Dasar. CV. Pustaka Setia. Bandung
http://rieffraff. blogspot.co.id/2015/03/makalah –
isbd - manusia - sebagai makhluk.html
0 komentar:
Posting Komentar