Once upon a time,
there was a powerful prince named Bandung Bondowoso. In a war, Bandung
Bondowoso killed Prabu Baka. Then, Bandung Bondowoso fell in love with Prabu
Baka’s daughter. Her name was Roro Jonggrang.
|
Bondowoso wanted to
marry this beautiful princess. However, the princess hated him because he had
killed her father. Roro Jonggrang was thinking of a way to refuse the
marriage proposal. Finally, she decided to marry Bandung Bondowoso if he
could build a thousand temples before the dawn.
|
Senin, 08 Januari 2018
Prambanan Temple
Selasa, 07 November 2017
SUKU BANGSA INDONESIA [Artikel]
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar. Bangsa yang memiliki banyak kekayaan yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Salah satunya adalah suku-suku yang ada di Indonesia. Walaupun secara adat, kebiasaan dan bahasa berbeda, namun jiwa kita tetap satu. Hendaknya perbedaan ini menjadikan kita semakin bersyukur akan kekayaan yang dimiliki bukan menjadi perpecahan.
Berikut beberapa nama suku bangsa yang ada di Indonesia.
No
|
Nama Daerah
|
Nama Suku Bangsa yang Ada
|
1.
|
Aceh
|
Suku
gayo, suku aneuk jamee, suku singkil, suku tamiang, suku kluet, suku devayan,
suku sigulai, suku Batak Pak Pak, Suku Haloban, suku lekon
|
2.
|
Sumatera
Utara
|
Suku
batang angkola, suku batak karo, suku batak mandailing, suku batak pakpak,
suku batak simalungur, suku batak toba, suku melayu langkat, suku nias.
|
3.
|
Sumatera
Barat
|
Suku
Minangkabau, Suku Sakai, Suku Talang Mamak, Suku Kerinci, Suku Kubu, Suku
Melayu, Suku Mentawai
|
4.
|
Sumatera
Selatan
|
Suku
komering, suku Palembang, suku gumai, suku semendo, suku lintang, suku kayu
agung, suku lematang, suku ogan, suku pasemah, suku sekayu, suku rawas, suku
banyuasin.
|
5.
|
Bangka
Belitung
|
Suku
Bangka, Melayu Dan Tiong Hoa
|
6.
|
Jambi
|
Suku
Batin, Kerinci, Penghulu, Pedah, Melayu, Jambi, Kubu Dan Bajau.
|
7.
|
Bengkulu
|
Suku
Muka-Muka, Pekai, Serawai, Pasemah, Enggana, Kaur Rejang Dan Lembak.
|
8.
|
Jawa Barat
|
Suku
Jawa, Suku Sunda
|
9.
|
Banten
|
Suku
Sunda,Suku Baduy, Banten
|
10.
|
DKI
Jakarta
|
Suku
Betawi
|
11.
|
Jawa
Tengah
|
Suku
Jawa, Karimun, Samin
|
12.
|
Jogjakarta
|
Suku
Jawa
|
13.
|
Jawa
Timur
|
Suku
Jawa, Madura, Tengger, Dan Osing.
|
14.
|
Bali
|
Bali
Aga, Bali Majapahit
|
15.
|
Nusa
Tenggara
|
Bali,
Sasak, Sartiawa, Mate, Dango Dawan, Tatum, Melus, Bima, Alor, Lie Kemok,
Lamaholot, Sikka, Manggarai, Krawe, Ende, Bajawa, Noge, Riung Dan Flores.
|
16.
|
Kalimantan
Barat
|
Kayau,
Ulur Aer, Mbaluh, Moyuke, Skadau, Melayu Pontianak, Punao, Ngaju.
|
17.
|
Kalimantan
Tengah
|
Kapuas,
Ot Danum, Ngaju, Lawangan, Dusun, Moyan, Dan Katingan.
|
18.
|
Kalimantan
Selatan
|
Ngaju,
Laut, Maamyan, Bukit, Dusun, Deyah, Dalangan, Aba, Melayu, Banjar, Dan Dayak.
|
19.
|
Kalimantan
Timur
|
Ngaju,
Oto Danum, Apokagon, Punah, Murut, Dayak, Kutai, Kayon, Dan Bugis.
|
20.
|
Sulawesi
Utara
|
Minahasa,
Bolaang, Mongondaw, Sangiher, Tolaud, Gorontalo, Sangir, Ternate, Togite,
Lada, Morontai, Halmahera, Tidore, Obi.
|
21.
|
Gorontalo
|
Gorontalo
|
22.
|
Sulawesi
Selatan
|
Mandar,
Bugis, Toraja, Sai Dan Makasar.
|
23.
|
Sulawesi
Tengah
|
Bual,
Toli Toli, Tamini, Dompeles,Koili, Lore,Panana, Suluan, More, Bungku,
Balantek, Bungai, Balatar.
|
24.
|
Sulawesi
Tenggara
|
Mapute,
Mekongga, Landawe, Toloiwiw, Talaki, Butung, Bungku , Buton, Walio Dan Bugis.
|
25.
|
Maluku
|
Buru,
Banda, Seram, Kei, Amban.
|
26.
|
Papua
|
Sentani,
Dani, Amungame, Himbaran, Jagai, Asmat, Dan Tobati.
|
Rabu, 18 Oktober 2017
LEMAK [Makalah]
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Lemak
merupakan sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur Carbon (C),Hidrogen
(H) dan Oksigen (O), yang mempunyai sifat dapat larut dalam zat-zat pelarut
tertentu (zat pelarut lemak), seperti petroleum benzene, ether. Lemak yang
mempunyai titik lebur tinggi bersifat pada suhu kamar, sedangkan yang mempunyai
titik lebur rendah, bersifat cair. Lemak yang padat pada suhu kamar di sebut
lemak atau gaji, sedangkan yang cair pada suhu kamar di sebut minyak.
Lemak
di dalam makanan yang memegang peranan penting ialah yang disebut lemak netral,
atau triglycerida, yang molekulnya terdiri atas satu molekul glycerol
(glycerin) dan tiga molekul asam lemak, yang diikatkan pada glycerol tersebut
dengan ikatan ester. Ketiga asam lemak tersebut bisa sama semua, tetapi dapat
juga dua sama atau ketiganya tidak ada yang sama.
B.
Rumusan
Masalah
1. Jelaskan
pengertian dari Lemak ?
2. Sebutkan
fungsi - fungsi Lemak ?
3. Sebutkan
sumber - sumber Lemak ?
4. Jelaskan
dampak dari kelebihan dan kekurangan Lemak ?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian Lemak
2. Untuk
mengetahui fungsi – fungsi Lemak
3. Untuk
mengetahui sumber – sumber Lemak
4. Untuk
mengetahui dampak dari kekurangan dan kelebihan Lemak
Selasa, 26 September 2017
Peranan Bahasa Indonesia dalam Hukum [Makalah]
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia
merupakan Bahasa Nasional dan juga merupakan bahasa persatuan yang digunakan oleh negara Indonesia.
Mengenai hal ini ditegaskan dan diikrarkan pada saat Sumpah Pemuda, 28 Oktober
1928.
Bahasa Indonesia
sebenarnya berasal dari bahasa Melayu. Ada beberapa alasan mengapa bahasa
Melayu dipilih menjadi bahasa Indonesia yakni antara lain dikarenakan luas
pemakaiannya sebagai sarana penghubung antara masyarakat yang berbeda bahasa
ibu dan kebudayaannya, antara orang Melayu, Jawa, Bugis, Makassar, Cina, Arab,
Belanda, Bali, Dayak dan suku bangsa lain, yang sudah mengubah beberapa bahasa
sehingga lahirlah bahasa Indonesia yang berbeda dengan bahasa Melayu dan
menjadi milik bersama seluruh rakyat Indonesia dan juga karena bahasa Melayu
telah lama dikenal di kalangan hampir semua suku di Indonesia dan dalam banyak
hal bahasa Melayu telah menjadi bahasa perantara antar suku bangsa yang sudah
berlaku berabad-abad.
Minggu, 24 September 2017
Ciri-ciri dan Gejala Diabetes
Diabetes tidak datang secara tiba-tiba. Jika dicermati lebih lanjut, terdapat beberapa gejala diabetes yang biasa dialami oleh penderitanya. Beberapa gejala diabetes secara umum tersebut antara lain adalah:
1. Frekuensi buang air kecil yang terlalu sering.
Tingginya kadar glukosa atau gula dalam darah membuat tubuh menarik air dari sel ke darah. ‘Kelebihan’ cairan ini kemudian dikeluarkan dalam bentuk urin, sehingga frekuensi buang air kecil pun meningkat.
2. Lebih cepat haus.
Tubuh membutuhkan asupan cairan yang lebih banyak karena frekuensi buang air kecil yang terlampau sering. Rasa haus ini adalah reaksi tubuh agar tetap terhidrasi dari asupan cairan.
3. Rasa lapar yang berlebihan.
Kondisi ini terjadi karena tubuh tidak dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energi dengan baik; sehingga secara alami tubuh akan memberi respon pada Anda untuk terus makan guna memperoleh lebih banyak energi.
Fakta tentang Diabetes
Anda mungkin sudah sering mendengar tentang diabetes. Namun belum tentu Anda mengetahui dengan jelas seperti apa penyakit diabetes itu bagi mereka yang telah mengalaminya. Sekali Anda terkena diabetes, maka Anda akan memilikinya seumur hidup.
Diabetes belum bisa disembuhkan, namun harus selalu dikontrol dengan gaya hidup dan pola makan yang sehat. Diabetes akan mengubah hidup seseorang dan membuat mereka berhati-hati mengenai makanan yang dikonsumsi atau kegiatan yang dilakukan. Bahkan anak-anak dan remaja juga bisa terkena penyakit gula ini.
Berikut adalah beberapa fakta penting yang harus diketahui seputar penyakit diabetes, seperti dilansir oleh Mag for Woman.
Pertanian di Indonesia Tahun 2016, Komoditi Subsektor [Makalah]
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Kata
Pengantar
Dengan menyebut
nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan
puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang pertanian di Indonesia
Makalah ilmiah ini
telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari
semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami
berharap semoga makalah ilmiah tentang pertanian di Indonesia untuk masyarakat
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
B.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui definisi pertanian.
2. Untuk
mengetahui perkembangan sektor pertanian di Indonesia hingga tahun 2016.
3. Untuk
mengetahui sub sektor pertanian di Indonesia hingga tahun 2016 beserta data
produksinya.
C.
Manfaat
1. Dapat
memberi gambaran tentang pertanian di Indonesia khususnya hingga tahun 2016.
2. Memberi
informasi kepada pembaca sehingga menambah pengetahuan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Pertanian
Pertanian yang
dimaksud dalam konsep pendapatan nasional adalah pertanian dalam arti luas. Di
Indonesia, ada 5 subsektor pertanian yaitu sektor tanaman pangan, perkebunan,
kehutanan, peternakan, dan perikanan.
Sektor pertanian
menjadi sektor penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Seiring dengan
berkembangnya perekonomian bangsa, maka kita mulai mencanangkan masa depan
Indonesia menuju era industrialisasi, dengan pertimbangan sektor pertanian kita
juga semakin kuat.
Seiring dengan
transisi (transformasi) struktural ini sekarang kita menghadapi berbagai
permasalahan. Di sektor pertanian kita mengalami permasalahan dalam
meningkatkan jumlah produksi pangan, terutama di wilayah tradisional pertanian
di Jawa dan luar Jawa. Hal ini karena semakin terbatasnya lahan yang dapat
dipakai untuk bertani. Perkembangan penduduk yang semakin besar membuat
kebutuhan lahan untuk tempat tinggal dan berbagai sarana pendukung kehidupan
masyarakat juga bertambah. Perkembangan industri juga membuat pertanian
beririgasi teknis semakin berkurang.
Bagian terbesar
penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang-bidang di lingkup pertanian,
namun pertanian hanya menyumbang 4% dari PDB dunia.Sejarah Indonesia sejak masa
kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan
perkebunan, karena sektor-sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam
menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di
berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian
di Indonesia menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 44,3% penduduk meskipun
hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto, begitu
pula yang ada di Indonesia.
B.
Perkembangan
Sektor Pertanian
1. Petani
pada Zaman Kerajaan- kerajaan Indonesia Kuno
Petani yang
dihadapi pemerintah Indonesia pada tahun 1980, ternyata tidak memiliki ciri-
ciri yang terlalu berbeda dengan petani pada zaman tanam paksa tahun 1830- 1870
atau bahkan zaman Kerajaan Mataram. Ini tidak berarti bahwa pikiran petani sama
sekali tidak mengalami perubahan selama 600 tahun ini. Yang dimaksudkan adalah
psikologi para petani dalam melakukan pekerjaan bertani, yaitu mengolah dan menanami
tanahnya selalu merupakan fungsi atau berkaitan erat dengan motivasi mereka.
Motivasi ini pada gilirannya berhubungan erat dengan harapan- harapan yang ada
pada mereka. Harapan- harapan ini selalu ada hubungannya dengan apa yang dapat
dijanjikan pemerintah.
Pada masa ini
bertani merupakan kehidupan pokok rakyat. Pemerintah memperoleh sumber
penerimaannya semata- mata dari pertanian. Penerimaan negaraterutama terdiri
atas pembayaran in natura dan jasa- jasa tenaga kerja penggarap tanah. Untuk
mengerjakan tanah pertaniannya mereka mempergunakan alat yang sederhana berupa
pacul, bajak, garu dan parang yang dibuat setempat.ternak juga merupakan tenaga
pembantu yang paling penting untuk mengerjakan tanah.
Campur tangan
pemerintah secara langsung untuk memajukan pertanian sama sekali tidak ada.
Pertanian adalah urusan petani. Pemerintsh tidak menganggap perlu dan rupanya
juga tidak dianggap perlu untuk mengetahui hal ihwal bertani. Tidak dapat
dibayangkan seorang raja atau pangeran berkunjung ke desa dan berdiskusi dengan
petani mengenai masalah usaha tani. Hal tersebut diserahkan seluruhnya kepada
petinggi, bekel atau lurah yang merupakan pejabat di desa.
2. Petani
pada Masa Penjajahan
Belanda yang
datang pada tahun 1596 di Banten adalah mula- mula dalam rangka berdagang
rempah- rempah. Dan pada saat itu ditemuinya bangsa- bangsa Portugis, Spanyol,
Inggris, India, Cina dan Arab yang sudah melakukan hubungan dagang dengan
bangsa Indonesia. Selama hampir 100 tahun sejak VOC didirikan tahun 1602 bangsa
Belanda tidak pernah sungguh- sungguh merajai perdagangan di Indonesia. Baru
setelah meninggalnya Sultan Agung pada tahun 1645 dan jatuhnya Banten pada
tahun 1683, maka kekuasaan Belanda menjadi lebih mantap. Di luar Jawa, Belanda
terus- menerus mendapat tantangan dari Makassar, Minangkabau dan Aceh. Bahkan
pada pertengahan pertama abad 19 masih terjadi Perang Diponegoro (1825- 1830)
yang banyak sekali menguras keuangan pemerintah Hindia Belanda dan sangat
melemahkan kedudukan pemerintah kolonial Belanda.
Dari segi ekonomi
selalu dipertimbangkan berapa uang masuk yang akan diterima pemerintah Belanda
dari jajahannya di Indonesia, dibanding uang keluar untuk membiayai pemerintah
jajahan. Pertimbangan inilah yang paling menonjol pada saat diputuskan sistem
Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) pada tahun 1930. Selanjutnya praktek penyimpangan
membuat kabur peraturan- peraturan yang seharusnya diberlakukan. Satu
penyimpangan dilakukan karena adanya kelainan setempat, tetapi kelainan ini
justru mengakibatkan satu reaksi yang berlainan pula. Demikian seterusnya,
keadaan menjadi semakin kacau dan semakin jauh dari tujuan semula yang
kelihatannya sangat terpuji.
Setelah melalui
masa transisi untuk menghapuskan sistem Tanam Paksa, maka dengan Undang- Undang
Agraria 1870, dibukalah Indonesia bagi modal swasta Belanda, Inggris dan modal-
modal swasta lain dari Eropa. Dengan cara demikian, pemerintah Belanda dapat
menyewakan tanah-tanah pertanian yang tidak dituntut pihak lain kepada
perkebunan-perkebunan dan pemilik modal bangsa Eropa dalam jangka panjang yaitu
75 sampai 99 tahun. Keadaan inilah yang kelak dianggap menghambat kemajuan
petani kecil di bidang perkebunan yang kemudian harus dihapus. Petani harus
dikembalikan menjadi bebas.
Setelah
berakhirnya masa liberal yang resminya pada tahun 1900, mulailah pada abad
ke-20 apa yang kita kenal dengan politik etik. Politik ini diterima oleh
pemerintah Belanda setelah melalui perjuangan keras oleh para pendukungnya
seperti Multatuli karena eksploitasi Indonesia rupanya telah dianggap cukup jauh.
Inilah permulaan dari program- program pemerataan yang terkenal dengan program
yaitu edukasi, irigasi dan emigrasi. Selama 45 tahun berikutnya, penduduk Jawa
telah menjadi semakin banyak, pemilikan tanah petani menjadi semakin kecil, dan
kemiskinan di pedesaan semakin menghimpit. Sampai akhirnya Indonesia
memproklamasikan kemerdekaan dan
memutuskan melepaskan diri dari penjajahan dan segala ikatan Be;landa
pada Agustus 1945.
3. Petani
Indonesia Sesudah Kemerdekaan
Tidak ada keraguan
bahwa dewasa ini petani Indonesia menyadari, mereka bukan lagi kuli, yang
berarti pemilik tanah dengan segala kewajiban dan bebannya. Pada permulaan,
perubahan status petani ini tidak begitu kelihatan dan petani tidak menyadari
benar hakikatnya dan bagaimana memanfaatkannya.
Sesudah
kemerdekaan, pajak kepala (capitation atau head tax) menurut mereka paling
logis untuk segera dihapuskan. Pajak kepala ini dihapuskan pada tahun 1964,
diikuti oleh penggantian pajak tanah dengan pajak pendapatan pada tahun 1951,
dan perubahan hak menggunakan tanah (hak anggaduh) dengan hak milik (hak
andarbe).
Tanpa disadari,
pada masa kemerdekaan masih dapat terjadi peristiwa pemaksaan dalam praktek-
praktek bertani. Namun, di kemudaian hari betapa masih banyak aspek sosiologi
dan psikologi petani yang masih perlu kita dalami untuk mensukseskan program-
program pertanian Indonesia. Memang cara dan gaya hidup petani kita adalah amat
sederhana. Namun, karena kesederhanaannya itulah kadang- kadang kita agak
meremehkan berbagai faktor yang ada di belakangnya.
Hingga tahun 2016,
perta
C.
Sub
Sektor Pertanian di Indonesia pada tahun 2016.
1. Sub
Sektor Tanaman Pangan
Subsektor tanaman pangan sering juga disebut sebagai subsektor pertanian
rakyat. Hal ini karena biasanya rakyatlah yang mengusahakan sektor tanaman
pangan, bukan perusahaan atau pemerintah. Sektor ini mencakup
komoditas-komoditas bahan makanan seperti: padi, jagung, ketela pohon, kacang
tanah, kedelai, serta sayur dan buah-buahan.
Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki
peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan
pangan, pembangunan wilayah, pengentasan kemiskinan, penyerapan tenaga kerja
dan penerimaan devisa, serta menjadi penarik bagi pertumbuhan industri hulu dan
pendorong pertumbuhan untuk industri hilir yang memberikan kontribusi cukup
besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Peranan tanaman pangan telah
terbukti secara empiris, baik dikala kondisi ekonomi normal maupun saat
menghadapi krisis.
Pertanian tanaman pangan sangat relevan untuk dijadikan sebagai pilar
ekonomi di daerah, mengingat sumber daya ekonomi yang dimiliki setiap daerah
yang siap didayagunakan untuk membangun ekonomi daerah adalah sumber daya
pertanian tanaman pangan, seperti sumber daya alam (lahan, air, keragaman
hayati, agro-klimat). Subsektor tanaman pangan memegang peranan penting sebagai
pemasok kebutuhan konsumsi penduduk, khusus di Indonesia tanaman pangan juga
berkedudukan strategis dalam memelihara stabilitas ekonomi nasional. Oleh
karena itu, subsektor tanaman pangan mendapat perhatian lebih dari pemerintah.
a.
Produksi
Subsektor tanaman pangan merupakan penyumbang
terbesar nilai tambah sektor pertanian. Tahun 2016, berdasarkan data yang
dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian adalah:
No
|
Komoditi
|
Jumlah
Produksi
|
Luas
Panen
|
1
|
Padi
|
79.358.000
ton
|
15.157.000
ha
|
2
|
Jagung
|
23.578.000
ton
|
4.444.000
ha
|
3
|
Kedelai
|
675.000
ton
|
446.000
ha
|
4
|
Kacang
tanah
|
510.000
ton
|
393.000
ha
|
5
|
Kacang
Hijau
|
190.000
ton
|
162.000
ha
|
6
|
Ubi
Kayu
|
20.400.000
ton
|
840.000
ha
|
7
|
Ubi
Jalar
|
2.136.000
ton
|
122.000
ha
|
Produksi
tanaman pangan dapat ditingkatkan melalui perluasan areal (ekstensifikasi) dan
peningkatan produktivitas (intensifikasi). Tersedianya lahan yang lebih luas
dan teknologi produksi yang mampu menaikan produktivitas tidak dengan
sendirinya akan mendorong petani untuk lebih giat menanam, kecuali jika
terdapat rangsangan ekonomi yang dapat berupa harga sarana produksi yang
terjangkau, kemudahan mendapatkan sarana produksi, harga jual, serta teknologi
dan sarana penanganan pascapanen yang mampu menjaga keawetan produk. Tanpa hal
ini areal yang luas dan teknologi tidak akan berguna. Petani tidak bisa dipaksa
untuk memenuhi target kita karena mereka juga mamiliki kepentingan sendiri.
b.
Konsumsi
Dalam
perkembangannya, kebutuhan masyarakat akan tanaman pangan ini terutama konsumsi
beras sebagai sumber kalori cendeerung menurun dalam periode 2008 – 2013. Data
yang dikeluarkan oleh Kementan, dalam periode tersebut mengalami rata-rata
penurunan pertumbuhan 1,62%.
2. Sub
Sektor Hortikultura
Sub sektor
hortikultura meliputi buah-buahan, tanaman sayur, tanaman bunga dan tanaman
obat. Pada sub sektor ini, merupakan sektor yang vital bagi kebutuhan konsumsi
masyarakat Indonesia. Pada produk-produk sayuran bahkan menjadi komoditi yang
bernilai tinggi seperti bawang merah dan cabe, yang sering mengalami fluktuatif
harga dengan range yang besar. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor seperti
teknologi yang digunakan masih konvensional sehingga masa panen tidak merata
dan masih mengandalkan musim panen. Tentu hal ini akan menyebabkan harga murah
ketika musim panen dan akan melambung tinggi, jika pada musim tanam.
Berikut data
produksi yang dikeluarkan Kementerian Pertanian pada tahun 2016.
No
|
Komoditi
|
Jumlah Produksi
|
Luas Panen
|
1
|
Bawang merah
|
1.446.860.000 ton
|
149.635.000 ha
|
2
|
Bawang putih
|
21.150.000 ton
|
2.407.000 ha
|
3
|
Cabe besar
|
1.045.182.000 ton
|
123.404.000 ha
|
4
|
Cabe rawit
|
915.988.000 ton
|
136.818.000 ha
|
5
|
Kentang
|
1.213.0.8.000 ton
|
66.450 ha
|
6
|
Kubis
|
1.513.315.000 ton
|
71.934.000 ha
|
7
|
Tomat
|
883.233.000 ton
|
57.688.000 ha
|
3. Sub
Sektor Perkebunan
Subsektor
perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mengalami pertumbuhan paling
konsisten, baik ditinjau dari areal maupun produksi. Secara keseluruhan, areal
perkebunan menurun 2,2% per tahun pada periode tahun 2011-2015. Dari beberapa
komoditas perkebunan yang penting di Indonesia, kelapa sawit, cengkeh, jambu
mete dan tembakau tumbuh lebih pesat dibandingkan dengan tanaman perkebunan
lainnya dengan laju pertumbuhan diatas 5% per tahun. Pertumbuhan yang pesat
dari keempat komoditas tersebut pada umumnya berkaitan dengan tingkat
keuntungan pengusahaan komoditas tersebut relatif lebih baik dan juga kebijakan
pemerintah untuk mendorong perluasan areal komoditas tersebut.
Berikut data yang
dikeluarkan Kementerian Pertanian, tahun 2015
Uraian/Items
|
|
Tahun/Year
|
|
|
Pertumbuhan/
Growth
2014 over 2013 (%)
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015*)
|
||
Luas Areal/Area
(Ha)
Karet/Rubber 1 )
Kelapa/Coconut
Kelapa Sawit/Oil Palm 1 )
Kopi/Coffee
Teh/Tea
Lada/Pepper
Cengkeh/Clove
Kakao/Cocoa 1 )
Jambu Mete/Cashewnut
Tebu/Sugar Cane
Tembakau/Tobacco
Kapas/Cotton
Produksi/Production
(Ton)
Karet/Rubber 1 )
Kelapa/Coconut
Kelapa Sawit/Oil Palm 1 )
Kopi/Coffee
Teh/Tea
Lada/Pepper
Cengkeh/Clove
Kakao/Cocoa 1 )
Jambu Mete/Cashewnut
Tebu/Sugar Cane
Tembakau/Tobacco
Kapas/Cotton
|
3.506.201 3.781.649 9.572.715
1.235.289 122.206
177.787
493.888
1.774.463 575.920
451.255
270.290 9.565
3.012.254
3.189.897
26.015.518 691.163
145.575
87.841
99.890
740.513
116.915
2.591.681
260.818
2.948
|
3.555.946
3.654.478
10.465.020
1.241.836 122.035
171.280
501.378
1.740.612 554.510
469.227
192.809 8.738
3.237.433
3.051.585
27.782.004 675.881
145.460
90.920
109.694
720.862
116.093
2.551.026
164.448
1.871
|
3.606.245
3.609.812
10.754.801
1.230.495
118.899
162.751
510.174
1.727.437
531.154
477.122
215.865 3.670
3.153.186
3.005.916
29.278.189 644.592
154.369
87.447
122.134
728.414
131.302
2.579.173
198.301 761
|
3.621.587
3.571.376
11.300.370
1.233.227 118.441
163.316
512.880
1.724.092 527.681
461.732
218.738 7.630
3.108.260
2.960.851
31.284.306 665.256
154.598
88.296
123.277
661.243
123.564
2.623.931
202.322
1.712
|
1,41
-1,22
2,77
-0,91
-2,57
-4,98
1,75
-0,76
-4,21
1,68
11,96
-58,00
-2,60
-1,50
5,39
-4,63
6,12
-3,82
11,34
1,05
13,10
1,10
20,59
-59,31
|
4. Sub
Sektor Peternakan
Indonesia adalah
negeri kepulauan yg teramat pas buat dijadikan sentra usaha peternakan. Luas
daratan Indonesia yg mencapai jutaan km2 teramat memberi dukungan gerakan
peternakan yg notabene membutuhkan lahan yg luas. Posisi Indonesia yg ada di
daerah trofis pula amat sangat memberi dukungan kegiatan bisnis peternakan.
Posisi geografis ini mengijinkan wilayah Indonesia utk disinari matahari &
dijatuhi hujan sepanjang th. Faktor ini menciptakan keperluan buat beragam
aktivitas business peternakan seperti air & pakan hijauan dapat didapatkan
bersama gampang di Indonesia.
Keadaan alam yg
teramat baik ini pula didukung dgn jumlah warga Indonesia yg amat sangat gede.
Sampai thn 2010, jumlah masyarakat di Indonesia mencapai 230-an juta jiwa.
Angka ini pastinya yakni angka yg lumayan akbar utk suatu negeri berkembang.
Jumlah masyarakat Indonesia yg amat gede ini telah bisa dijamin bakal
membutuhkan pangan dari hasil peternakan. Bakal dibayangkan bersama jumlah
warga Indonesia yg mencapai 230-an juta jiwa ini, berapa besarkah jumlah
pasokan pangan dari hasil peternakan yg mesti disediakan.
Berikut data yang
dikeluarkan Kementerian Peratanian Tahun 2016
No
|
Jenis
|
Populasi
(000 ekor)
|
Produksi Daging
(000 ton)
|
Produksi Telur
(000 ton)
|
Produksi Susu
(000 ton)
|
1
|
Sapi Perah
|
533,86
|
-
|
-
|
852,95
|
2
|
Sapi potong
|
16.092,56
|
506,66
|
-
|
-
|
3
|
Kerbau
|
1.386,28
|
36,99
|
-
|
-
|
4
|
Kambing
|
19.608,18
|
66,75
|
-
|
-
|
5
|
Domba
|
18.065,55
|
48,07
|
-
|
-
|
6
|
Babi
|
8.114,49
|
342,35
|
-
|
-
|
7
|
Kuda
|
437,57
|
2,19
|
-
|
-
|
8
|
Ayam buras
|
298.672,98
|
315,54
|
196,14
|
-
|
9
|
Ayam ras petelur
|
162.051,26
|
105,74
|
1.428,20
|
-
|
10
|
Ayam ras pedaging
|
1.592.669,4
|
1.689,58
|
-
|
-
|
11
|
Itik
|
47.359,72
|
36,35
|
290,11
|
-
|
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pertanian yang
dimaksud dalam konsep pendapatan nasional adalah pertanian dalam arti luas.Di
Indonesia, ada 5 subsektor pertanian yaitu sektor tanaman pangan, perkebunan,
kehutanan, peternakan, dan perikanan.
Sub sektor pertanian berdasarkan
pengelompokkan di Kementerian pertanian adalah:
1. Sub
sektor tanaman pangan
2. Sub
sektor hortikultur
3. Sub
sektor perkebunan
4. Sub
sektor peternakan
Peran sektor
pertanian dalam perekonomian yang paling utama adalah pertanian sebagai mata
pencaharian yang mampu menyerap banyak tenaga kerja.
Faktor-faktor yang
menyebabkan pemerintah Indonesia harus mengimpor beras dan hasi pertanian
lainnya diantaranya yaitu akibat meningkatnya jumlah penduduk yang tidak
terkendali,meskipun sudah ada program Keluarga Berencana dari pemerintah, namun
tetap saja kenaikan jumlah penduduk ini cukup tinggi. Dengan banyaknya
penduduk, maka makanan pokok yang dibutuhkan juga begitu banyak, sehingga hasil
pertanian dalam negeri tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan penduduknya.
Selain itu faktor
cuaca juga menentukan seberapa banyak hasil panen dalam bertani. Cuaca yang
tidak menentu, seperti pergeseran musim hujan dan musim kemarau menyebabkan
petani kesulitan dalam menetapkan waktu yang tepat untuk mengawali masa tanam,
dengan benih beserta pupuk yang digunakan sehingga tanaman yang ditanam mengalami
pertumbuhan yang tidak wajar dan mengakibatkan gagal panen. Peristiwa ini
sering terjadi di hampir setiap daerah di Indonesia dan membuat petani yang
miskin semakin miskin karena kegagalan panen tersebut. Diharapkan pemerintah
juga memperhatikan nasib para petani yang sama memprihatinkannya dengan kondisi
pertaniannya. Semestinya adanya penyuluhan dan pembekalan pengetahuan tentang
pertanian kepada petani itu perlu dilakukan. Seperti bagaimana cara bertanam
yang bersahabat dengan alam dan menggunakan teknologi sehingga bertani
memberikan banyak keuntungan dibandingkan dengan kerugiannya, namun
teknologinya pun yang tidak membahayakan alam. Dan itu berlaku untuk kita
semuanya, yaitu mengambil keuntungan tanpa merusak alam. Sehingga adanya
keserasian dan keseimbangan alam pun terjaga, dan kita bisa hidup sejahtera.
Dan juga memberikan jaminan hidup petani, dimana petani dapat memelihara alat
pertaniannya dan dalam bertani pun dapat dilakukan denngan lancar.